KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT , yang atas rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Embriologi tentang Cara Pengukuran Panjang Foetus. Penulis
menyadari dalam penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan dan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada:
1.
Koordinator Lab Embriologi drh. Dian Masyitha, M.Sc
2.
Asisten pembimbing Laboratorium Embriologi Kak Ira
Khubairah
3.
Rekan-rekan Gelombang 1 kelompok 1 Embriologi, dan
4.
Semua pihak yang telah membantu.
Demikianlah laporan ini penulis buat sebagai syarat untuk untuk mengikuti perkuliahan Embriologi,
dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.
Darussalam, 16 Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Foetus adalah mamalia
yang berkembang setelah fase embrio
dan sebelum kelahiran. Dalam bahasa Latin, foetus secara
harfiah dapat diartikan "berisi bibit muda, mengandung". Pada manusia,
janin berkembang pada akhir minggu ke delapan
kehamilan, sewaktu struktur utama dan sistem organ terbentuk,
hingga kelahiran.
Ada dua cara untuk mengukur panjang foetus :
a.
Curved Crown-Rump (CC-R)
b. Straight
Crown-Rump (SC-R)
1.2
Tujuan
Untuk mengetahui cara mengukur foetus
dan mengetahui perkembangan foetus.
1.3
Manfaat
Dapat mengetahui cara mengukur foetus dan mengetahui
perkembangan foetus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan prenatalis pada sapi dimulai sejak terjadinya konsepsi yakni
saat pertemuan sel telur betina dengan sel jantan, bersatunya sel jantan dan
sel telur tadi mengasilkan calon individu baru di dalam kandungan yang disebut
embrio atau foetus. Pada awal kebuntingan pertumbuhan foetus berjalan sangat
lambat, sedangkan pada akhir kebuntingan pertumbuhan berlangsung sangat cepat.
Foetus, hampir 2/3 bagian bagian pertumbuhan hanya berlangsung 1/3 dari dari
seluruh waktu yang digunakan dalam kandungan. (Sudarmono dan Sugeng, 2008)
Foetus adalah merupakan hasil akhir ari suatu seri proses differensiasi secara teratur yang
merubah zigot bersel satu menjadi suatu replica dari jenis hewan yang
bersangkutan. Selama permulaan cleavage pada suatu sel telur yang telah
dibuahi, ukuran sel tersebut berkurang secara progresif dengan sedikit
perubahan bentuk. Selama akhir perkembangan embrional ukuran sel tidak berubah
secara nyata sedangkan jumlah sel bertambah (Yatin, 1990).
Periode kebuntingan dapat di bagi secara kasar dalam tiga bahagian,
berdasarkan ukuran individu dan pekembangan jarigan dan organnya. Ketiga
periode itu adalah ovum, embrio dan foetus. Periode ovum atau blastula
berlangsung 10 – 12 hari, selak waktu pembuahan yang biasanya terjadi beberapa
jam sesudah ovulasi sampai pembentukan membrane zygote dalam uterus. Periode
embrio/foetus atau organogenesis berlangsung 12 – 45 hari masa kebuntingan. (Barnes,
Waikel Villee. 1984)
Perkembangan prenatal foetus dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk hereditas, ukuran, varitas, nutrisi induk, lama
kebuntingan, jumlah anak per “litter”, posisi foetus didalam cornua uteri,
kompetisi antar sesama
“litter”, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran
plasenta dan suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik ditentukan oleh komplemen
generasinya sendiri, komplemen gen induk dan kompetisi intra uterine dengan foetus lain (Toilihere,
1997).
Periode foetus dan pertumbuhan foetus berlangsung dari hari ke-45 masa
kebuntingan sampai partus. Selama periode ini terjadi perubahan- perubahan
kecil dalam diferensiasi organ, temuan, dan system bersamaan dengan pertumbuhan
dan pematangan individu antenatal. Selama periode ini caruncel dan cotyledon
berkembang dan membesar untuk mensuplai makanan bagi foetus. Pertambahan berat
foetus dari hari ke-120 sampai hari ke-270 adalah tiga kali lebih besar dari
pada pertambahan berat badan dari waktu pembuahan sampai hari ke-120 masa
kebuntingan. Pada permulaan periode foetus terbentuk kelopak mata, osifikasi
tulang dimulai, dan perubahan- perubahan cepat terjadi pada rupa dan ukuran
kaki. (Patten, M. Bradley. 1964)
Pada keadaan nomal, foetus
terletak pada presentasi longitudinal anterior, posisi dorsodorsall dengan
kepala bertumpu pada tulang-tulang metacarpal dan lutut pada kaki depan yang
melurus. Kelahiran dapat pula berlangsung normal bila foetus berada dalam
presentasi longitudinal posterior, posisi dorsosakral, kecuali pada keadaan
fetus yang berukuran kecil, posisi lainnya akan berakhir dengan distokia (Siregar,
2010).
Ada 2 cara pengukuran panjang foetus, yaitu :
1.
Curved Crown-Rump (CC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus
dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva forehead. Cara ini tidak lazim
digunakan.
2.
Straight Crown-Rump (SC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari
pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara inilah yang sering
digunakan orang (Staf Pengajar, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
-
Bak
aluminium
-
Handscun
-
Pinset
-
Tali
pengukur
-
Penggaris
3.1.2 Bahan
:
-
Foetus sapi
-
Formalin
3.2
Cara Kerja
Ada 2 cara pengukuran foetus :
·
Curved Crown-Rump (CC-R)
Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari
pangkal ekor berbentuk garis kurva sampai forehead
dengan tali yang telah disediakan. Kemudian ukur panjang tali dengan
penggaris yang juga telah disediakan.
·
Straight Crown-Rump (SC-R)
Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai ari garis
pangkal ekor membentuk garis lurus sampai forehead
dengan tali pengukur. Kemudian ukur panjang tali dengan penggaris yang telah
disediakan.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Metode
|
Umur
(hr)
|
Berat
(gr)
|
Panjang
(cm)
|
Panjang
(cm)
|
Ratio
|
Panjang (cm)
|
Ratio
|
||
K
|
T
|
KD
|
KB
|
||||||
CC-R
|
90
|
100
|
20
|
7,8
|
12,2
|
3,9 : 6,1
|
7,6
|
7,6
|
1 : 1
|
SC-R
|
90
|
100
|
16
|
4,6
|
11,4
|
2,3 : 5,7
|
2,6
|
7,1
|
4.2 Pembahasan
·
Curved Crown-Rump (CC-R)
Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari
pangkal ekor berbentuk garis kurva sampai forehead.
Pengukuran kepala
dilakukan dengan mengukur dari hidung hingga leher belakang, Pengukuran tubuh
diukur dari jidat hingga pangkal ekor, dan pengukuran ekremitas posterior
diukur dari panggal kaki hingga jari.
·
Straight Crown-Rump (SC-R)
Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai ari garis
pangkal ekor membentuk garis lurus sampai forehead
dengan tali pengukur. Pengukuran
kepala dilakukan dengan mengukur dari hidung hingga leher belakang, Pengukuran
tubuh diukur dari jidat hingga pangkal ekor, dan pengukuran ekremitas posterior
diukur dari panggal kaki hingga jari.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Foetus adalah merupakan hasil akhir ari suatu seri
proses diferensiasi secara teratur yang merubah zigot bersel satu menjadi suatu
replica dari jenis hewan yang bersangkutan.
Ada dua cara untuk mengukur panjang foetus :
· Curved
Crown-Rump (CC-R)
· Straight
Crown-Rump (SC-R)
Perbedaan
dari kedua cara pengukuran fetus tersebut sangat jelas. Tetapi sebaiknya kita
menggunakan cara Straight Crown-Rump (SC-R) karena cara ini lebih sering digunakan dan lebih
mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.
2012. Janin. Available from : http://wiki.unnes.ac.id/articles/j/a/n/Janin.html. Diakses tanggal 16 Mei 2013 pukul 20.09
Barnes, Waikel
Villee. 1984. Zoologi Umum Edisi Keenam Jilid I. Erlangga :Jakarta.
Siregar, Tongku N. 2010. Fisiologi Reproduksi Hewan Betina. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Staf Pengajar Lab. Histology, Embriologi, dan Biologi. 2012. Penuntun Praktikum Embriologi. Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala.
Patten, M.
Bradley. 1964. foundation of
Embriology. Mc. Graw – Hill Book Company : New York.
Toilihere, Mozes R. 1997. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Angkasa.
Y, Sudarmono.
2008. Sapi Potong. Penebar
Swadaya Wisma Hijau: Bogor
Yatin, Wildan.
1990. Reproduksi Dan Embriologi. Bandung : Tarsito.
0 komentar:
Plaas 'n opmerking