KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT , yang atas
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Embriologi tentang Pengamatan
Spermatozoa. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini banyak terdapat
kekurangan dan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
ucapkan terimakasih kepada:
1.
Koordinator Lab Embriologi drh.
Dian Masyitha, M.Sc
2.
Asisten pembimbing Laboratorium
Embriologi Kak Ira Khubairah
3.
Rekan-rekan Gelombang 1 kelompok 1
Embriologi, dan
4.
Semua pihak yang telah membantu.
Demikianlah laporan ini penulis buat sebagai syarat untuk
untuk mengikuti perkuliahan Embriologi, dalam penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif.
Darussalam, 25
Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebuah sperma dari kata
Yunani kuno dan lebih dikenal sebagai sel sperma, adalah sel haploid yaitu
gamet jantan. Sperma meliputi dua bagian, yaitu zat
cair dan sel. Cairan merupakan tempat hidup sperma. Sel-sel yang hidup dan
bergerak disebut spermatozoa, dan zat cair dimana sel-sel tersebut berenang
disebut plasma seminal. Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak
tumbuh atau membagi diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada
hewan yang menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada jenis
yang sama.
1.2
Tujuan
Melalui
kegiatan praktikum ini, para mahasiswa diharapkan mempunyai pengalaman mengenai
mendeskripsikan perbedaan morfologi sperma antar organisme satu dengan yang
lainnya dan mampu menjelaskan fungsi bagian-bagian sperma.
1.3
Manfaat
Agar setelah diadakannya
praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan bagian-bagian sperma dan perbedaan
morfologinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semen
terdiri atas spermatozoa dalam plasma seminal yaitu suatu campuran sekret dari epididimis,
duktus deferen, vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis.
Volume ejakulat berkisar 3-4 ml, jumlah spermatozoa adalah 300-400 juta dan
minimal sekitar 100 juta /ml. Pada fertilitas yang normal, 50%-70% spermatozoa
motil selama 3 jam pertama setelah ejakulasi dengan kecepatan lebih dari 20
µm/detik. Spermatozoa yang normal harus memiliki kepala bulat lonjong (oval),
leher, dan ekor tunggal (Geneser 1994).
Selain
konsentrasi, terdapat variabel lain yang dapat diukur untuk menentukan kualitas
spermatozoa, yaitu karakteristik semen yang meliputi koagulasi dan liquefaksi,
viskositas, rupa dan bau, volum, pH, kadar fruktosa, motilitas, dan morfologi
spermatozoa (Wiknjosastroet al. 1999).
Spermatogenesis
adalah proses pertumbuhan dan perubahan dari spermatogonia sampai spermatozoa
yang meliputi tiga fase yaitu 1) spermatositogenesis, selama fase ini
spermatogonium membelah secara mitosis, menghasilkan generasi sel baru yang
nantinya akan menghasilkan spermatosit primer. 2) meiosis I, selama fase ini
spermatosit primer mengalami dua kali pembelahan secara berurutan, dengan
mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel, menghasilkan
spermatosit sekunder, spermatosit sekunder mengalami meiosis II menghasilkan
spermatid 3) spermiogenesis, spermatid mengalami proses sitodiferensiasi,
menghasilkan spermatozoa (Junqueira dan Carneiro 1998).
Kelainan
spermatozoa juga dapat disebabkan kelainan hormonal. Pada perubahan spermatosit
primer menjadi spermatosit sekunder (dalam spermatogenesis) dalam tubulus
seminiferus dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormone) dari kelenjar
hipofisis anterior. Tidak adanya FSH maka spermatogenesis tidak akan terjadi.
Akan tetapi, FSH tidak dapat bekerja sendiri menyelesaikan spermatogenesis. Agar
spermatogenesis berlangsung sempurna, memerlukan testosteron yang dihasilkan
oleh sel interstisial Leydig (Guyton 1997).
Bila ada
gangguan maka kualitas sperma akan berubah. Sperma hitung kurang dari 20
juta/ml disebut dengan kelainan oligospermia, sedangkan untuk sperma dengan
nilai motilitas kurang dari 40% disebut dengan asthenospermia. Kombinasi kadar
FSH dan LH yang tinggi dan kadar testosterone yang rendah menyebabkan adanya
kegagalan testis. Kadar FSH yang tinggi dengan kadar LH dan testosterone yang
normal menyebabkan kegagalan sel germinal terisolasi, fungsi sel Leydig yang
normal dan terandrogenisasi normal tapi mengalami azoospermia atau oligospermia
(DeCherney et al. 1997).
Unggas
jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun
dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan
spermauntuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk
bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas.
Permukaan testis diselaputioleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang
diteruskan kedalam testis membentuk
kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono,
1993).
BAB III
METODE PERCOBAAN
1.1
Alat dan Bahan
1.
Mikroskop
2.
Cawan Petri
3.
Alat Bedah
4.
Objek glass
5.
Sperma Ayam dan Mancit
6.
Giemsa atau eosin
7.
NACl fisiologis
1.2
Cara Kerja
1
Ambillah cairan yang mengandung
spermatozoa yang berasal dari testis, epididimis atau vas deferen.
2
Jika cairan tersebut pekat larutan
NACL fisiologis, teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Kemudian dengan
objek glass yang lain dioles setipis mungkin dan fiksasi dengan cara
melewatkannya di atas api.
3
Warnai dengan Giemsa atau eosinn
selama 3-5 menit. Cuci dengan air mengalir. Selanjutnya keringkan kembali,
periksa dibawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Sperma Mancit
1.2
Sperma Sapi
Spermatozoa pada umumnya memiliki empat bagian utama, yaitu Head, acrosome, midpiece, tail, end piece.
Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek,
yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas
baik, motilitas kurang baik dan tidak motil), morfologi spermatozoa meliputi
bentuknya (normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece,
ekor atau end piece), konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas
(daya hidup) spermatozoa.
Morfologi Spermatozoa yang normal terbagia
atas bagian kepala, bagian tengah yang pendek (midpiece) dan bagian ekor yang sangat panjang. Dapat kita lihat
sebagai contoh yaitu morfologi spermatozoa pada mencit.
Perbesaran 800x (Wyrobek and Bruce, 1975).
(a)
spermatozoa
normal, (b) pengait salah membengkok, (c) sperma melipat, (d) kepala terjepit, (e) pengait pendek,
(f) kesalahan ekor sebagai alat tambahan, (g) tidak ada penggait, (h) sperma
berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk, (i) kepala tidak berbentuk.
1.
Head
Menentukan
bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies hean yang yang di amati. Kutub
anterior inti tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim
hidrolitik, misalnya hyaluronidase yang berfungsi untuk melepaskan asam
hyaluronic, dan acrosin berupa acrosome yang befungsi menembus dinding zona
pellucida. Enzim tersebut diperlukan untuk menembus dinding zona pellucida agar
spermatozoa dapat masuk sel telur untuk proses pembuahan. Kepala terutama
terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik.
2.
Midpiece
Pada
bagian leher sebagian besar berbentuk pendek dan sempit, terletak antara kepala
dan badan, berdiri dari senteriol yang terletak sentral dengan serabut tepi
kasar tersusun memanjang, berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
3.
Flagelum
Pusat
badan memiliki struktur flagelum yang khas : dua buluh mikro sentral dan
Sembilan pasang buluh mikro perifer yang membentuk komplek filamen aklsial. Mereka
di kelilingi oleh Sembilan serabut luar yang memipih , tersusun longitudinal
yang berhubungan dengan serabut penhubung.
Selanjutnya dikelilingi oleh mitokondria dengan jalinan mengulir
berbentuk cincin yang menebal pada badan menandai batas antara badan dan ekor
utama.
2.
Tail
Tail
merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur komplek filamen
aksial mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian
badan. Serabutnya bervariasi menurut ukuran,bentuk dan memipih kearah ekor . Rusuk
semisiskular struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut
luar membentuk selubung fibrosa tapi yang khas untuk bagian ekor utama.
3.
End piece
Selubung
fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks
filament aksial .Kearah proksimal ujung ekor ,komplek ini memiliki ciri khas
susunan Sembilan-tambah-dua:kearah distal ,pasangan dua tepi secara bertahap
berkurang menjadi tunggal serta berakhir pada beberapa permukaan.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN :
1.
Spermatozoa tampak memiliki dua
bagian utama yakni kepala dan ekor.
2.
Dengan menggunakan mikroskop
electron bagian ekor dapat dapat dibagi atas bagian leher (neck piece), badan (midlle
piece), ekor utama (principal piece), dan ujung ekor (and piece).
3.
Spermiogenesis adalah suatu proses
dimana spermatic berdiferensiasi menjadi spermatozoa meliputi sejumlah
transformasi inti dan sitoplasma,dikenal sebagai spermiogenesis.
DAFTAR PUSTAKA
DeCherney A.H., Polan, M.L., Lee,
R.D., Boyers, S.P. 1997.Seri Skema Diagnositis dan Penatalaksanaan
infertilitas. Binarupa Aksara.
Geneser F. 1994.Histologi dan Biologi
Sel. (alih bahasa: Arifin Gunawijaya ) Binarupa Aksara. Jakarta.
Guyton AC. 1997.Fisiologi Kedokteran.
(Alih bahasa: Adji Dharma dan P. Lukmanto) EGC. Jakarta.
Junqueira LC & J Carneiro 1998.
Histologi Dasar (Alih bahasa; Jan Tambayong). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadhi T, 1999.Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.