KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah SWT , yang atas rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Embriologi tentang Organ reproduksi
Betina ( Genitalia Feminina). Penulis menyadari dalam penulisan
laporan ini banyak terdapat
kekurangan dan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Koordinator
Lab Embriologi drh. Dian Masyitha, M.Sc
2. Asisten
pembimbing laboratorium Embriologi Kak Ira Khubairah
3. Rekan-rekan
Gelombang 1 kelompok 1 Embriologi, dan
4. Semua
pihak yang telah membantu
Demikianlah laporan ini
penulis buat sebagai syarat untuk untuk
mengikuti perkuliahan Embriologi, dalam penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif.
Darussalam, 03 April 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Makhluk hidup mulai
dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular memiliki kemampuan untuk
mempertahankan jenisnya. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan
kelangsungan spesiesnya di muka bumi. Proses mempertahankan jenis itu dapat
dikategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis
hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Pada hewan
avertebrata proses reproduksi masih sederhana, sedangkan pada hewan vertebrata
prosesnya kompleks dan melibatkan banyak organ reproduksi. Reproduksi hewan
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu secara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan vegetatif terjadi tanpa peleburan sel kelamin jantan dan
betina. Perkembangbiakan vegetatif biasanya terjadi pada hewan tingkat rendah
atau tidak bertulang belakang (avertebrata). Perkembangbiakan generatif umumnya
terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan betulang belakang (vertebrata).
Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina
dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi).Kebanyakan organisme
mempunyai perbedaan yang nyata antara individu jantan dan individus betina.
Alat reproduksi hewan pada dasarnya terdiri atas sel kelamin dan alat kelamin.
1.2
Tujuan
Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui struktur anatomi baik itu makroskopis ataupun mikroskopis dari sistem reproduksi
betina.
1.3
Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui stuktur
anatomi sistem reproduksi betina,
baik itu secara makroskopis ( vulva dan vagina) maupun mikroskopis (uterus,
oviduk, dan ovarium).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Salah satu ciri-ciri
makhluk hidup adalah berkembang biak. Dan pada proses perkembang biakannya
selalu berhubungan dengan sistem reproduksi. Reproduksi pada hewan terjadi
dalam dua jenis yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual. Reproduksi
aseksual adalah penciptaan individu baru yang semua gen nya berasal dari satu
induk tanpa peleburan telur dan sperma. Sedangkan reproduksi seksual adalah
penciptaan keturunan melalui peleburan gamet jantan dan betina untuk
membentuk zigot. Peleburan gamet (sperma dan ovum) disebut dengan
fertilisasi. Fertilisasi terbagi menjadi dua macam yaitu fertilisasi eksternal
dan fertilisasi internal. (Campbell,
dkk., 2004)
Reproduksi adalah
suatu proses biologis di
mana individu organisme baru
diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan
oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari
suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi
menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Dalam reproduksi aseksual,
suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari
spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi
dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian,
reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu.
Kebanyakan tumbuhan juga
memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.
Reproduksi seksual
membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang
berbeda. Reproduksi manusia normal
adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih
kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih
sederhana, biasanya satu sel, melakukan reproduksi secara aseksual. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Reproduksi)
Ovarium dapat dibedakan
dua daerah, yaitu daerah tepi ovarium disebut korteks dan daerah tengah ovarium
disebut medulla. Korteks merupakan daerah tepi yang lebar, mengandung
folikel dan korpus luteum dan dilapisi oleh epitel permukaan. Terlihat berbagai
bentuk sel telur yang sedang berkembang pada ovarium. Bentuk-bentuk tersebut
berupa oogonium yang sedang tumbuh menjadi oosit primer, oosit sekunder dan sel
telur (ovum). Ditemukan beberapa bentuk folikel, yaitu folikel primer, folikel
sekunder dan folikel tersier.(Poernomo dkk., 2003).
Oviduct terdapat
sepasang di kanan dan kiri, digantung oleh ligamentum mesosalpink, merupakan
saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk
uterus. Merupakan saluran yang menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium ke
uterus (Lytle and john. 2000)
Uterus memiliki dua
kornua, satu korpus, dan satu servik. Tipe bentuk uterus sapi adalah tipe bipartitus
yaitu hanya mempunyai satu servik uteri, korpus uterinya jelas dan panjang
serta kedua koruna uteri dipisahkan oleh septum (Hafez, 2000).
Cervik merupakan otot
sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina. Strukturcervik pada hewan
mamalia dicirikan adanya penonjolan-penonjolan pada dindingnya dalam bentuk
lereng-lereng transversal dan saling menyilang disebut cincin annuler. Cincin
annuler ini sangat nyata pada sapi berjumlah empat buah yang dapat menutup
rapat servik secara sempurna. Lumen servik selalu tertutup kecuali pada waktu
birahi dan melahirkan. Waktu birahi hanya terbuka sedikit untuk memberi jalan
masuk bagi semen (Ismudiono, 2010).
Vagina merupakan
saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat penumpahan semen dan juga
merupakan jalur pengeluaran fetus dan plasenta pada saat partus ( Tomaszewka et
al, 2001).
Vulva merupakan alat
kelamin luar yang terdiri dari labia mayora, labia minora, commisura dorsalis
dan ventral dan clitoris. Pertemuan antara vagina dan vestibulum ditandai oleh
muara uretra externa, orificium uretra externa, dan sering pula oleh
lereng hymen . Posterior dari muara uretra pada lantai vestibulum
terdapat suatu kantong buntu, diverticulum sub uretralis, yang ditemukan
pada sapi, domba dan babi (Feradis, 2010).
Clitoris homolog
dengan gland penis pada hewan jantan, berlekasi pada sisi ventral. Sekitar 1 cm
di dalam labia. Clitoris mengandung erectile tissue sehingga dapat
berereksi. Juga banyak mengandung ujung syaraf perasa, syaraf ini memegang peranan
penting pada waktu kopulasi. Clitoris bereaksi pada hewan yang sedang
estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus
pada kebanyakan spesies (Widayati et all., 2008).
2.1 Sistem
Reproduksi Hewan Betina Secara Makroskopis
Susunan sistem reproduksi betina dari luar ke dalam
adalah sebagai berikut:
2.1.1 Vulva
Vulva
adalah bagian eksternal dari genitalia betina yang terentang dari vagina sampai
ke bagian yang paling luar. Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh
orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada posisi
cranial terhadap orifis uretral eksternal, yaitu himen vestigeal. Seringkali
himen tersebut sedemikian rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vestibula
vagina adalah bagian tubuler dari saluran reproduksi.
2.1.2 Vagina
Vagina
adalah bagian dari saluran peranakan yang terletak dalam pelvis diantara uterus
(cranial) dan vulva (caudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang
menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi.
2.1.3 Uterus
Uterus
ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks (leher), dan
dua tanduk (kornua). Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi
tergantung spesies, begitu juga halnya bentuk maupun susunan kornua tersebut.
Ukuran korpus yang paling besar adalah kuda, sapi dan domba lebih kecil, dan
pada babi serta anjing paling kecil.
2.1.4 Oviduct
Oviduk
adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi, yang menghantarkan ova dari
tiap ovari menuju ke tanduk uterus dan juga merupakan tempat terjadinya
fertilisasi ova oleh spermatozoa. Bagian dari oviduct yang berdekatan terhadap
ovari berkembang membentuk semacam corong yang disebut infundibulum. Bagian
ujung infundibulum membentuk fimbria.
2.1.5 Ovarium
Ovarium
adalah organ primer (esensial) reproduksi pada betina, seperti halnya testes
pada hewan jantan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik
(menghasilkan sel), karena mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung
ke dalam peredaran darah. (Frandson, 1992).
2.2 Sistem
Reproduksi Hewan Betina secara mikroskopis
2.2.1 Vagina
Tunika
Mukosa dan Tunika Submukosa Lamina epitelialis mukosae berbentuk skuamus
kompleks non-glanduler Pada sapi, di bagian cranial sering ditemukan sel
piala. Pada anjing selama estrus sering ditemukan kelenjar intraepithelial.
Lamina propria-submukosa terdiri dari jaringan ikat kolagen longgar atau padat
dengan nodulus limfatikus tersebar. Tunika Muskularis terbagi 2 atau 3 lapis
yaitu lamina muskularis longitudinal internal, lamina muskularis sirkuler
intermedial dan lamina muskularis longitudinal eksternal Tunika Serosa di
cranial berubah menjadi tunika adventisia di kaudal.
2.2.2 Uterus
Dinding
uterus dibagi menjadi:
1. Endometrium
Epitelium kuboid atau
kolumner simpleks pada anjing, kucing, dan kuda pada sapi dan babi berbentuk
kuboid atau kolumner simpleks atau pseudokolumner kompleks. Pada lamina propria
terdapat glandula uterina (kelenjar endometrium) berbentuk tubuler atau tubuler
simpleks bercabang. Pada ruminansia terdapat bagian uterus tanpa kelenjar
disebut karunkula.
2. Miometrium
Terdiri dari lapisan
otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar dan lapis luar memanjang
teridiri dari sel-sel otot polos. Diantara kedua lapis terdapat lapis vaskuler.
3. Perimetrium
Terdiri dari jaringan
ikat longgar yang dilapisi oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos
terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf
terdapat pada lapis ini.
(Dellman et al, 1992)
2.2.3 Oviduct
Terdiri
dari 3 segmen: infundibulum, ampula, dan isthmus. Dilapisi oleh epitel kolumner
simpleks atau kolumner kompleks dengan silia pada epitel terbesar. Lamina
propria terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel plasma, sel mast
dan leukosit eosinofil. Tunika mukosa pada ampula membuat lipatan tinggi.
Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar memnjang dan
miring. Tunika serosa ada dan terdiri dari jaringan ikat mengandung pembuluh
darah dan saraf. (Dellman et al, 1992)
2.2.4 Ovarium
Pada
potongan memanjang tampak adanya korteks dan medula. Korteks merupakan daerah
tepi yang lebar, mengandung folikel dan korpus luteum dan dilapisi oleh epitel
permukaan berbentuk kuboid simpleks. Medula merupakan bagian dalam yang
mengandung saraf, banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe, terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan otot polos. (Dellman et al, 1992)
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Secara
Makroskopis
.
Alat
dan bahan :
1.
Baki aluminium
2.
Pinset
3.
Pisau scalpel
4.
Air
3.1.2 Secara
Mikroskopis
.
Alat
dan bahan :
1.
Mikroskop
2.
Preparat ovarium, oviduk, dan uterus
3.2
Cara Kerja
3.2.1 Secara
Makroskopis
1.
Preparat alat kelamin yang akan dipelajari dikeluarkan dari dalam Timba yang
berformalin. Bersihkan dahulu dengan air mengalir agar mata tidak perih dan
baunya tidak menyengat.
2.
Preparat alat kelamin betina diletakkan di baki aluminium.
3.
Amati bagian-bagian dari alat kelamin batina tersebut.
3.2.1 Secara
Mikroskopis
1.
Ambil Preparat awetan yang sudah di sediakan.
2.
Amati preparat dengan menggunakan
mikroskop.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Sistem reproduksi betina ( genetalia feminina) terdiri dari:
1. Vulva, terdapat
klitoris yang merupakan pusat ransangan, labium mayor dan labium minor.
2. Vagina, berperan
dalam penumpahan semen ketika kopulasi, jalan keluar foetus dan plasenta ketika
kelahiran.
3. Uterus, berperan
dalam pembesaran atau pertumbuhan embrio pada masa prenatal, terdiri dari:
a.
Kornua uteri
b.
Korpus uteri, dan
c.
Servik
4. Oviduct, berperan
sebagai tempat tejadinya fertilisasi, tepatnya di ampula tubafallopi, terdiri
dari:
a.
Infundibulum
b.
Ampula, dan
c.
Ishtmus
5. Ovarium: berperan
dalam menghasilkan sel telur (eksokrin) dan menghasilkan hormon estrogen dan
progesterone (endokrin).
BAB
V
KESIMPULAN
Sistem reproduksi betina ( genetalia feminina) terdiri dari vulva, vagina, uterus, oviduct,
ovarium, dan glandula mammae.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010. Sistem Reproduksi. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Reproduksi.
Diakses pada Tanggal 1 April Pukul 20.00 WIB.
Campbell, N A. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid III.
Erlangga. Jakarta Delliman, H Dieter. 1992. Textbook of Veternary
Histology.
Dellman, H. Dieter., Esther M. Brown.
1992. Histology Veteriner.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Feradis.
2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta.
Bandung.
Frandson, R.D.1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Hafez,
E. S. E., B. Hafez. 2000. Reproduction
in Farm Animals. Philadelphia : USA.
Ismudiono.
2012. Fisiologi
Reproduksi pada Ternak. Surabaya : universitas Airlangga
Press
Lytle, Charles, John R. Meyer (I). 2005. General Biology. New
York,Mc. Graw Hill Higher Education.
Poernomo., Hanani, N.A.R., J.T.
Ibrahim. 2003. Strategi Pembangunan
Pertanian. Lappera Pustaka Utama: Yogyakarta.
Tomaszewska.,
Kim et al. 2001. Mikrobiologi
Organik. Pustaka Utama: Jakarta.
Widayati, D.T, Kustono., Ismaya., S.
Bintara. 2008. Handout Ilmu
Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
0 komentar:
Plaas 'n opmerking